Pages

Subscribe:

Rabu, 04 Januari 2012

MANUSIA DAN KEBAHAGIAAN


A.        Sumber Kebahagiaan
Kebahagiaan dapat diperoleh kapanpun dan dimanapun karena kebahagiaan tidak mengenal ruang dan waktu. Kebahagiaan yang mutlak adalah kebahagiaan yang berasal dari Allah. Inti dari sebuah kebahagiaan bersumber dari akal dan hati. Peranan hati menyikapi arti sebuah kebahagiaan dan peranan akal yaitu lebih mengacu pada apa yang telah diarahkan dan disikapi oleh hati.
Menurut Imam al-Ghazali, sumber-sumber kebahagiaan bagi manusia, diantaranya:[1]
1.      Akal Budi
a.       Sempurna Akal
Akal dikatakan sempurna jika dibarengi dengan ilmu. Ilmu yang membuat manusia dapat memahami sesuatu. Orang yang mempunyai ilmu, berpotensi besar untuk mendapatkan kebahagiaan karena dengan ilmunya berkemungkinan besar dia dapat menggenggam dunia dan segala isinya.
b.      Menjaga Kehormatan Diri
Orang yang selalu berusaha secara terus-menerus untuk memelihara kesucian hati maka ia akan tetap tegar dalam menghadapi segala ujian dan cobaan dalam hidupnya.
c.       Berani
Kita harus berani  untuk menegakkan kebaikan dan menyingkirkan keburukan dengan berbagai resiko dan konsekuensinya. Selain itu, kita harus berani mengakui kesalahan diri sendiri dan berani mengakui kelebihan orang lain,  kita juga harus berani untuk tidak mengungkit-ungkit aib dan cacat cela orang lain serta kita harus berani memaafkan  orang yang pernah berbuat salah kepada diri kita.
d.      Keadilan
Keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat dan porsinya. Keserasian dan keteraturan dalam memperlakukan sesuatu dapat menghadirkan kebahagiaan.
2.      Tubuh manusia (jasmani)
Manusia akan merasa bahagia jika tubunya:
a.  Sehat, yakni sehat secara fisik dan psikis
b.  Kuat, yakni mempunyai kekuatan fisik dan ketahanan mental
c.  Fisik yang gagah dan cantik
3.      Luar Badan (diraih berdasarkan usaha manusia)
a.       Kekayaan (harta benda)
Telah dijelaskan sedikit sebelumnya bahwa kekayaan boleh jadi menjadi sumber kebahagiaan jikalau ia digunakan sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun dapat mendatangkan penderitaan hidup jika ia diarahkan untuk menentanh kemauan Allah.


b.      Keluarga
Silaturrahim yang hidup dan hubungan yang tetap terjalin akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri. Selain itu, keluarga akan menjadi tempat bersandar, jika sewaktu-waktu kita membutuhkannya ketika ada masalah. Keharmonisan hubungan akan mengurangi beban hidup baik materi maupun kejiwaan dan memungkinkan terjadi perpanjangan umur.
4.      Hidayah atau Petunjuk dari Allah
Hidayah terdiri dari tiga macam, yaitu:
1). Memahami jalan yang baik dan yang buruk. Untuk mengetahui mana jalan yang baik dan yang tidak baik maka kita gunakanlah ilmu dan keimanan. Keimanan dan keilmuan merupakan ikhtiar dasar untuk mendapatkan hidayah.
2). Bertambahnya ilmu dan pengalaman. Apabila ilmu dan pengalaman kita bertambah, maka Allah tidak akan segan-segan memancarkan cahaya hidayah-Nya. Hal ini sejalan dengan QS. Muhammad: 17, yang berbunyi:
Artinya: “Dan oraang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya.”
3).  Ada hidayah yang merupakan cahaya yang khusus dipancarkan kepada para nabi dan rasul kesayangan-Nya. Bentuk hidayah ini yang jika diberikan kepada para nabi dan rasul sering di luar jangkauan nalar manusia.


[1] Ibid, hal. 10

0 komentar:

Posting Komentar