Pages

Subscribe:

Rabu, 11 Januari 2012

PENEMPATAN DAN PENUGASAN PEGAWAI



Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Pokok-Pokok Kepegawaian terdapat klasifikasi sebagai berikut:
1.      Pegawai Negeri, yaitu mereka yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat dengan gaji menurut peraturan pemerintah yang berlaku dan dipekerjakan dalam suatu jabatan negeri oleh pejabat negara atau badan negara yang berwenang.
2.      Pegawai Negara, yaitu pegawai atau pejabat-pejabat yang diangkat untuk menduduki jabatan negara untuk satu periode tertentu, misalnya: Presiden, Menteri, Anggota DPR/MPR, kepala daerah, Anggota DPA dan lain sebagainya.
Pegawai Negeri Sipil diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: (1) pegawai harian, (2) pegawai bulanan, (3) pegawai sementara, (4) pegawai tetap.

PEMELIHARAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
Berdasarkan Undang-Undang No.43 tahun 1999, kedudukan Pegawai Negeri Sipil adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat yang penuh kesetiaan terhadap Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah. Dalam kedudukannya sebagai Pegawai Negeri Sipil ini dikenal adanya kewajiban dan hak.


1.Kewajiban Pegawai Negeri Sipil
a.       Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah
b.      Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayaan kepadanya dengan penuh pengabdian
c.       Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menyimpan rahasia jabatan
2.Hak-hak Pegawai Negeri Sipil
a.       Setiap Pegawai Negeri Sipil berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya
b.      Setiap Pegawai Negeri Sipil berhak atas cuti (tidak masuk kerja yang diijinkan dalam waktu tertentu)
c.       Setiap Pegawai Negeri Sipil yang ditimpa kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya, berhak mendapatkan perawatan.

HUKUM PERKEMBANGAN


A.           Pengertian perkembangan
Secara sederhana, Seifert & hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “long-term changes in a person’s growth, feelings, pattern of thinking, sicial relationships, and motor skill” sementara itu chaplin mengartikan perkembangan sebagai : perubahan yang berkesinambungan dan progeresif dalam organisme dari lahir sampai mati, pertumbuhan, perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, kedewasaan atau kemunculan pola-pola asaisi dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Dalam pengertian secara umum perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan di dalamnya terkandung serangkaian perubahan yang berlangung secara terus menerus  dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ketahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar.[1]

B.            Hukum Perkembangan
1.             Hukum Konvergensi
Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak selalu dihubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya. Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa pendapat lama itu tidak sesuai lagi dengan keadaan. Pandangan lama itu dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer yang berpendapat bahwa manusia adalah hasil bentukan dari pembawaannya. Sejak anak lahir itu membawa bakat, kesanggupan (potensi) untuk dikembangkan dan sifat bawaan tertentu.  Pembawaan itu akan berkembang sendiri dalam hal ini pendidikan tidak mampu untuk mengubahnya. Aliran dalam pendidikan yang menganut paham nativisme ini disebut aliran yang pesimis.
Paham nativisme tidak lama menguasai dunia pendidikan sebab pada abad ke-19 lahir paham empirisme yang berasal dari John Locke. Ia memperkenalkan teori tabularasa yang mengatakan bahwa “child born like a sheet of white paper avoid of all characters” keetika anak lahir ia diumpamakan sebagai kertas buram yang putih, belum ada ditulis atau digoresi dengan bakat apapun. Jiwanya masih bersih dari pengaruh keturunan sehingga pendidik dapat membentuknya menurut kehendaknya. Aliran dalam pendidikan yang menganut paham empirisme ini disebut alilran yang optimis.
William stern menggabungkan kedua pendapat di atas ke dalm hukum konvergensi yang menyetakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsur linkungan dan pembawaan. Kedua pengaruh  itu dimisalklan dengan dua buah garis yang beretemu pada satu tempat kemudian menjadi satu garis yang kuat.
2.             Hukum Tempo Perkembangan
Kaum ibu suka membanding-bandingkan perkembangan anak-anaknya  dengan perkembangan anak yang lain. Dari hasil-hasil percakapan dua orang ibu tentang perkembangan anak mereka masing-masing ternyata bahwa setiap perkembangan yang dialami berlangsung menurut tempo (kecepatn) masing-masing. Mereka mengatakan, dalam hal ini pengaruh pendidikan kecil sekali dan hannya berlaku untuk sementara waktu. Bila diperhatikan ternyata anak yang satu lebih lekas maju pada satu tugas perkembangan dari yang dialami anak yang lain. Anak laki-laki lebih lekas merangkak, misalnya, sedangkan anak perempuan lebih pandai berbicara. Kadang-kadang anak pertama lebih cepat menjadi besar, sedangkan anak kedua agak lambat pertumbuhannya. Hal ini disebaban tiap-tiap anak mempunyai sendiri tempo perkembangan.[2]
3.             Hukum Masa Peka
Tiap-tiap fungsi mempunyai waktunyua untuk berkembang dengan sebaik-baiknya. Prof. Hugo De Vries memperkenalkan masa peka ini dalam ilmu biologi. Ia juga meneliti seekor lebah betina yang sedang mengalami masa peka. Masa peka ialah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjol keluar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang.  Apabila saat sang ratu peka, kemudian ia mendapatkan zat-zat tertentu yang akan berkembang biak dengan cepat.
Masa peka diperkenalkan dalam dunia pendidikan oleh maria Montesory. Menurut nya, masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan.  Usia 3-5 tahun adalah masa yang baik sekali mempelajari bahasa ibu dan bahasa didaerahnya. Anak yang peka bahasa, misalnya, Sri yang berumur 4 tahun, Sri dibesarkan di kota bogor sehingga ia dapat berbahasa sunda dengan baik. Karena ayahnya di mutasikan kekota sala, seluruh keluarga ikut kesana. Baru satu atau dua tahun disana, Sri sudah dapat berbahasa denan lancar. Tetapi ayah dan ibu nya tidak bisa berbahasa jawa. Kadang-kadang seorang anak telah peka membaca pada umur 4 tahun, sedangkan anak lain baru peka membaca pada umur 5 tahun. Tetapi ada yang lebih lambat lagi, ia baru menglaminya pada umur 6 atau 7 tahun, sebab masa peka tidak sama waktu timbulnya. Dan hannya sekali saja dialami anak dalam kehidupannya.
Dalam sistem pendidikan klasikal, orang cenderung berpendapat bahwa anak yang berusia 6 tahun harus masuk sekolah agar ia belajar membaca. Menurut maria montesorry pendangan yang demikian itu salah kerena sebagian anak-anak masa pekanya untuk membaca hampir lampau menjelang umur 6 tahun.
4.             Hukum rekapitulasi
Hackel, seorang ahli biologi, memperkenalkan hukum biogenetis. Dalam hukum itu dikatakan “ontogenese adalah rekapitulasi dari Phylogenese” . otogenese adalah perkembangan individual. Phylogenese adalah kehidupan nenek moyang suatu bangsa. Rekapitulasi berasal dari kata Rekap. Hukum biogenetis yang berasal dari hackel itu oleh stenly hall dinamakan teori  rekapitulasi. Teori rekapitulasi mengatakan bahwa perkembangan yang dialami seorang anak merupakan ulangan (secara cepat) sejarah kehidupan suatu bangsa manusia yang berlangsung dengan lambat selama berabad-abad.
Jika pengertian rekapitulasi ini dialihkan ke psikologi perkembangan, dapat dikatakan bahwa perkembangan jiwa anak mengalami ulangan ringkas dari sejarah kehidupan umat manusia. Walaupun masih ada orang yang berpendapat lain.  Namun sebagian besar diantara mereka itu mengakui adanya persamaan dengan kehidupan kebudayaan mulai dari bangsa bangsa primitif sampai kepada kehidupan kebudayaan bangsa yang ada dewasa ini. Mereka membagi-bagi kehidupan anak sebgai berikut :
a.       Masa memburu dan menyamun
Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 8 tahun. Ditandai dengan anak senang menangkap-nangkap dalam permainannya, memanah dan menembaki binatang. Tanda-tanda pada anak lain misalnya, senang bermain kejar-kejaran, pereng-perangan, dan bermain panah-panahan.
b.      Masa mengembala
Masa ini dialami ketika sang anak berusia sekitar 10 tahun. Ditandai dengan anak senang memelihara binatang seperti ayam, kambing, kelinci, merpati, dan sebagainya.
c.       Masa bercocok tanam
Masa ini dialami oleh anak ketika anak berusia sekitar 12 tahun. Di tandai dengan anak senang berkebun misalnya, atau senang menyiram bunga, dan sebagainya.
d.      Masa berdagang
Masa ini dialami anak ketika berusia sekitar 14 tahun, ditandai dengan anak senang bertukar-tukaran perangko dengan temannya, berkirim-kiriman foto dengan sesama sahabat pena, bermain jual-jualan seperti mbok pecel, dan sebagainya.

5.             Hukum bertahan dan mengembangkan diri
Dalam kehidupan timbul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri. Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri kemudian disusul dengan dorongan mengmbangkan diri.
Dorongan mempertahankan diri terwujud misalnya pada dorongan makan dan menjaga keselamatan diri sendiri.  Anank menyatakana perasaan lapar, haus, dan sakit dalam bentuk menangis. Ia mempertahankan dirinya dengan cara menangis. Jika ibu –ibu mendengar anakny menangis, tangisannya itu dianggap sebagai dorongan mempertahankan diri.
Dalam perkembangan jasmasi dan rohani terlihat hasrat dasar untuk mengembangkan  pembawaan. Untuk anak-anak dorongan mengembangkan diri ini berbentuk hasrat mengenal lingkungan, usaha belajar berjalan, kegiatan bermain, dan sebagainya. Dikalangan remaja timbul rasa persaingan dan perasaan belum puas terhadap apa yang telah tercapai. Hal ini dapat dianggap sebagai dorongan mengembangkan diri.

6.             Hukum irama (ritme) perkembangan
Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya. Hukum irama berlaku untuk perkembngan setiap orang, baik perkembngan jamani maupun perkembangan rohani. Perkembangan tersebut tidak selalu dialami perlahan-lahan dengan urutan-urutan yang teratur, melainkan merupakan gelombang-gelombang besar dan kecil yang silih berganti.






Garis tebal yang melalui titik a dan titik c menunjukan bahwa usaha anak belajar berjalan sedang ditingkatkan. Garis-garis tebal yang melalui titik b dan titik d (tidak kelihatan pada gambar) menunjukan bahwa anak sedang berusaha belajar berbicara.. anak yang sedang giat-giatnya belajar berjalan, kegiatan belajar berbicaranya mereda sementara. Bila ia sudah dapat berjalan, kegiatan belajr berjalan itu mereda pula kemudian seluruh perhatiannya di alihka untuk kegiatan berbicara.
Iama perkembangan mengemukakan pola perkembangan yang dialami  seorang anak. Anak itu memusatkan perhatiannya untuk suatu tugas perkembangan tertentu agar ia dapat tidur dengan tenang  dan tidak sakit. Tempo perkembangan membandingkan perkembangan dua orang anak. Mereka berkenmbang sesuai dengan temponya masing. Misalnya anak laki-laki lebih cepat berjalan dan anak perempuan cepat berbicara.


[1] Desmita.Psikologi perkembangan peserta didik. (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA).2009, hlm. 8
[2] Zulkifli. Psikologi Perkembangan. (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA). 1995. Hlm.

HUMAS PENDIDIKAN




A PENGERTIAN
Humas dapat diartikan sebagai suatu kegiatan usaha yang berencana yang menyengkut i’tikad baik, rasa simpati, saling mengerti untuk memperoleh pengakuan penerimaan, dan dukungan masyarakat melalui komunikasi dan sarana lain (media massa) untuk mencapai kemanfatan dan kesepakatan bersama. Manajemen humas pendidikan disebut juga manjemen komunikasi penidikan. Disini tentu saja pengertian ini berbea.Humas pendidikan menekankan hubungan, sedangkan komunikasi lebih menekankan kepada bentuk hubungan penyampaian informasi. Namun demikian dalam pembahasan ini boleh diartikan sama sekedar untuk memudahkan pembatasan permasalahan.
Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian berita dari suatu sumber berita kepada orang lain. Memberikan berita kepada orang lain merupakan proses pemindahan ide, penyampaian berita sendiri maupun ide dari orang lain.
Komponen-komponen dalam komunikasi adalah:
1.      Sumber atau sumber berita
Adalah tempat yang menunjuk pada asal diperolehnya suatu gagasan atau ide. Sumber ini harus jelas, lengkap dan mudah dipahami.
2.      Pengirim berita
Pengirim pesan atau ide diebut sebagai komunikator atau cooder.  Pengirim berita dituntut suatu persyaratan bahasa yang harus baik. Bagi seseorang  yang akan menyempaikan berita kepada orang lain, harus sehat, tidak dalam kegiatan setengah tidur, tidak gugup dan sebagainya.
3.      Berita atau pesan atau isyarat
Berita yang disampaikan biasanya berbentuk simbol-simbol yang mengandung arti. Pesan tersebut dapat berupa:
Gerak: lambaian tangan, anggukan kepala, kerlingan mata, dan sebagainya.
Suara: dentuman meriam, klakson, dering, bahasa, dan sebagainya.
Benda: Tanda, tulisan, bendera putih, sabuk hitam, dan sebagainya
4.      Media atau sarana penyampai berita
Yaitu benda yang digunakan untuk menyampaikan berita misalnya, surat kabar (untuk berita tertulis) bahasa bermakna, televisi (berita gambar dan suara), seorang penyanyi dan sebagainya.
5.      Penerima berita (komunikasi)
Yaitu orang yang diberi berita atau orang yang menjadikan sasaran untuk dipengaruhi oleh pengirim berita. Dalam teori komunikasi antara pengirim berita dengan penerima berita harus ada kepentingan bersama, ada saling pengertian dan saling ketergantungan.
6.      Tujuan komunikasi
Seseorang yang mengirim berita tentu saja mempunyai tujuan untuk mempengaruhi penerima pesan atau berita tersebut.
B.JENIS-JENIS HUMAS PENDIDIKAN
Humas pendidikan meliputi pembicaraan hubungan masyarakat luas yang pesanya berupa masalah-masalah pendidikan. Jadi dalam kegiatan humas terkandung suatu kegiatan komunikasi. Hmas pendidikan bukan hanya terjadi di sekolah saja, akan tetapi dapat menyangkut semua bentuk komunikasi tentang masalah pendidikan.
            Pentingnya Humas Pendidikan dapat diterangkan sebagai berikut:
1.      Humas merupakan suatu kegiatan yang sangat diperlukan dalam semua pelaksanaan pekerjaan yang memiliki sarana untuk mengenalkan diri kepada masyarakat luas tentang apa yang sedang dan akan dikerjakan.
2.      Humas merupakan alat untuk menyebarkan gagasan kepada orang lain.
3.      Humas dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh bantuan yang diperlukan dari orang atau badan lain.
4.      Humas mendorong usaha seseorang atau suatu badan untuk membuka diri agar diberikan masukan dengan kritik dan saran dari orang lain.
5.      Humas memenuhi keingintahuan manusi dalam rangka memenuhi naluri untuk selalu berkembang.
Kegiatan humas selalu dengan komunikasi. Jika ditinjau dari segi komunikasi, maka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:   
1.      Komunikasi formal
Yaitu komunikasi yang dilakukan oleh petugas-petugas yang ditunjuk oleh lembaga atau instansi untuk melakukan kegiatan humas. Kegiatan komunikasi formal ini dilakukan secara sistematis, terencana tujuanya dan dinyatakan dengan jelas.
2.      Komunikasi informal
Yaitu semua pemindahan gagasan atau ide yang dilakukan melalui jalur yang tidak direncanakan terlebih dahulu. Komunikasi informal kadang mempunyai keuntungan antara lain:
a.       Penyebaran inormasi dapat langsung kepada tujuanya karena tidak usah melalui prosedur tertentu.
b.      Tidak mengenal batas-batas organisasi sehingga lebih fleksibel
c.       Komunikasi berlangsung dalam suasana yang akrab, dengan lebih banyak penjelasan yang rinci yang akhirnya bermanfaat bagi kelancarn komunikasi formal.
d.      Tidak mengenal batas waktu, artinya dapat dilakukan sewaktu-waktu 9tidak mengenal hari libur).
C. KOMUNIKASI PERSEKOLAHAN
Apabila sekolah dipandan sebagai suatu organisasi maka komunikasi yang terjadi dibedakan menjadi dua,yaitu:
1.      Komunikasi internal
Yaitu komunikasi yang terjadi di dalam sekolah, yakni:
a.       Antara kpala sekolah dengan guru
b.      Antara kepala sekolah dengan siswa
c.       Antara kepala sekolah dengan tata usaha
d.      Antar guru dengan guru
e.       Antara guru dengan sisiwa
f.       Antara guru dengan tata usaha
g.      Antara siswa dengan tata usaha
2.      Komunikasi ekstrnal
Yaitu komunikasi yang terjadi antara sekolah dengan masyarakat yakni orang tua atau wali siswa dan masyarakat pada umumnya.
Ditinjau dari arah komunikasinya maka dapat dibedakn menjadi:
a.       Komunikasi ke atas, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh lembaga yang dituju. Isi komunikasi dapat berupa:
1.      Laporan
Terdiri atas laporan perencanaan, misalkan pengajuan program kerja yang dibuat oleh sekolah kepada kepala bidang, usul kebutuhan sekolah, satuan pelajaran yang dibuat oleh guru yang ditujukan kepda sekolah dan sebagainya, dan laporan pelaksanaan program misalnya laporan penerimaan siswa baru, laporan pelaksanaan UAN dan sebagainya.
2.      Informasi
Yaitu laporantentang kejadian-kejadian yang terjadi di sekolah yang tidak direncanakan terlebih dahulu, sebagai contoh misalnya: adanya kerusakan saluran air, ada siswa yang memenangkan lomba mengarang dan sebagainya.
3.      Keluhan dan Saran
Dalam negara demokrasi terus terjalin suatu hubungan yang erat dan bebas antara atasan dengan bawahan. Oleh karena itu iklim demokrasi ini juga harus ditumbuhkan sebaik-baiknya. Adanya keluhan dan saran-saran dari bawahan bukan merupakan suatu yang hanya perlu diterima, tetapi juga perlu ditangani dan dilaksanakan sepanjang masih dalam batas-batas kewajaran.
b.      Komunikasi ke bawah, yaitu komunikasi yang diberikan oleh atasan kepada bawahan dalam jalur organisasi. Komunikasi ke bawah terjadi :
·         Dari mentri pendidikan dan kebudayaan kepada instansi di daerah, yaitu Kanwil Depdikbud.
·         Dari keala Kanwil ke kepala bidang
·         Dari kepala sekolah kepada guru-guru, tata usaha dan siswa.
Tujuan komunikasi ke bawah adalah untuk memberitahu, menyadarkan, mendorong, mempengaruhi, memerintahkan agar bawahan bersikap dan bertindak sesuai isi pesan dan tujuannya. Wujud komunikasi ke bawah yang berifat kedinasan yang datang dari departemen pendidikan dan kebudayaan maupun kantor wilayah Depdikbud selalu dalam bentuk tertulis, teguran, edaran, surat keputusan, pemberitahuan, pedoman dan lain sebagainya.
Disamping komunikasi menegak (vertikal) ada juga komunikasi horisontal, yaitu komunikasi yan dilakukan oleh sekolah dengan instansi-instansi lai yang bersifat resmi. Komunikasi jenis ini terbagi atas:
a.       Komunikasi antara sekolah dengan instansi sejenis baik dalam lingkup yang khusus (antara SMK dengan SMK lainnya) maupun lingkup yang luas (antar SMK dengan sekolah lain bukan hanya STM) yang mempunyai tujuan sama
b.      Komunikasi anatara sekolah dengan instansi lain yang tidak sejenis, misalnya antara sekolah dengan kantor telepon, bank, kantor keuangan dan sebagainya

D. KOMUNIKASI DALAM SEKOLAH
            Bentuk-bentuk komunikasi dalam sekolah yaitu
1.      Komunikasi antara kepala sekolah dengan guru, terjadi secara vertikal, mka arah komunikasi datang dari atas dan dari bawah atau komunikasi ke bawah dan ke atas.
Komunikasi ke bawah:
a.       Pemberian petunjuk, memberikan tugas, pengarahan, penjelasan tentang pedoman pelaksnaan tugas, menjelaskan tentang tata kerja dan sebagainya.
b.      Memberikan perintah, untuk memberikan suatu tugas di luar rutinitas, yang belum disebutkan dalam petunjuk pembagian tugas, dan perintah-perintah itu.
c.       Memberikan informasi baik secara lisan maupun tulisan, melalui pengumuman maupun buku keliling atau edaran.
d.      Pemberian pujian atau hadiah kepada guru yang telah melaksanakan tugas dengan baik
2.      Komunikasi antara kepala sekolah dengan tata usaha
Wujud komunikasi ini juga seperti yang dilakukan oleh guru, dengan perbedaan pada jenis dan lingkup pekerjaannya
3.      Komunikasi kepala sekolah dengan siswa, dapat dilakukan dengan tertulis (pengumuman, edaran, teguran, sangsi) maupun secara lisan (pengumuman teguran dan peringatan)
4.      Komunikasi antara guru dengan guru
Hubungan kedinaan dapat berupa pertemuan dalam rapat sekolah, bekerjasama dalam membimbing kelompok, menyelesaikan tugas kelompok dan sebagainya. Hubungan tidak formal antar guru selain dimaksudkan untuk melancarkan pelaksanaan tugas bersama juga untuk mempererat kekeluargaan antara kawan yang satu dengan yang lain.
5.      Komunikasi antara guru dengan tata usaha, hampir tidak ada yang bersifat formal, karena guru dan pegawai TU berkedudukan sederajat tetapi berbeda dalam jenis tugas. Jenis komunikasi yang dijalin banyak pada hal yang bersifat tidak formal, seperti dalam bentuk pertemuan dan kunjungan. Dalam kedinasan komunikasi di arahkan pada usaha kerjasama dalam mencapai tujuan bersama yakni membina dan mengembangkan sekolah.
6.      Komunikasi anatara guru dengan siswa, dapat terjadi secara formal dikelas dalam proses belajar mengajar. Komunikasi tidak formal dimaksudkan untuk lebih memahami siswa agar dapat diketahui kelemahan, kelebihan, watak, karakter kebiasan dan hal yang diperlukan dalam kaitannya keuksesannya belajar siswa.
7.      Komunikasi antara siswa dengan pegawai tata usaha, misalnya surat-surat keterangan, pembayaran SPP, pengambilan buku presensi, buku kelas dan lain sebagainya. Jika diklasifikasikan ada urusan yang menyangkut pengajaran dan ada pula yang menyangkut urusan sekolah.
8.      Komunikasi antar siswa dengan siswa, dapat merupakan komunikasi yang formal (tetapi bukan dinas) yaitu jika terjadi didalam kelas dalam situasi belajar, tetapi lebih banyak yang bersifat non formal.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menunjang perkembangan masyarakat. Oleh karena itu masyarakat membutuhkan sekolah dan ikut bertanggung jawab atas pembinaan dan pengembangan sekolah. Yang dimaksud dengan masyarakat adalah orang, lembaga, badan pemerintah dan swasta, pasar, tokoh, dan lain sebagainya.
Dalam bagian ini pembicaraan akan difokuskan pada komunikasi antara sekolah denganorang tua murid berupa:
1.      Tujuan kerjasama sekolah dengan orang tua siswa
Dengan dasar kesamaan tanggung jawab dan kesamaan tujuannya, maka usaha kerjasama bertujuan untuk:
a.       Saling membantu dan saling mengisi. Dalam hal ini sekolah dapat memberikan informasi kepada orang tua mengena perkembangan ketakwaan kepada Tuhan YME, perkembangan kecerdasan dan ketrampilan, perkembangan budi pekerti, tingkah laku, pergaulannya serta kelemahan dn kelebihan siswa.
b.      Bantuan keuangan dan barang-barang, misalnya uang transport, alat pelajaran, buku tulis dan buku pelajaran, dan sebagainya.
c.       Untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang kurang baik, misalnya tidak memasang reklame bioskopyang dapat merusak moral, tidak memutar film pada waktu pelajaran berlangsun, dan lain sebagainya.
2.      Bentuk kerjasama
Usaha kerjasama antara sekolah dengan masyarakat dapat dilakukan dengan:
a.       Melalui organisasi BP3 (Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan)
b.      Melalui pertemuan misalnya dengan penyerahan siswa baru, wisuda, penyerahan rapor,dan pertemuan lain yang membicarakan perkembangan sekolah.
c.       Melalui ceramah ilmiah, bazar, malam tutup tahun, dan sebagainya.
3.      Bidang kerjasama yang digarap
Beberapa hal penting yang harus digarap dalam hubungan kerjasama antar sekolah dengan orang  tua antara lain:
a.       Bidang pendidikan mental, misalnya pengawasan terhadap siswa yang bolos, berbohong, tidak tertib, dan sebagainya.
b.      Bidang pengembangan bakat: apabila ada bakat yang nampak menonjol dilakukan musyawarah bagaimana pengembanganya.
c.       Bidang pengajaran, misalnya dalam mengawasi mengerjakan PR, tugas kelompok, keulitan belajar, kelambatan berfikir an lain sebagainya.
d.      Pembinaan jasmani, misalnya penyakit yang diderita,kelainan, cacat slah satu angota tubuh, kidal, sering pingsan dan sebagainya
E. BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT
1.      Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dan warga masyarakat. Bentuk hubungan ini  bis individual dan juga organisatoris.
a)      secara individual:
1)      Oran tua datang ke sekolah untuk berkonsultasi maupun untuk pemecahan masalah anaknya
2)      Secara sukarela orang tua datang kesekolah menyampaikan saran-saran bahkan sumbangan untuk kemajuan sekolah
b)      Secara organisasi melalui BP3, oranisasi ini akan lebih efektif bila sekolah mampu menggerakkan dan memanfaatkan potensi yang ada dikalangan orang tua misalnya:
1)      Para dokter untuk duduk pada seksi UKS bahkan untuk mendirikan poliklinik sekolah
2)      Para tokoh pendidikan dan anggota masyarakat lainya dalam upaya peningkatan mutu dan merebut tempat pada sekolah yang lebih tinggi 9seksi peningkatan akademis) maupun untuk ketrampilan dan kurikulum muatan lokal.
3)      Para insinyur untuk memeberikan saran-saran dalam pembangunan sekolah.
4)      Para pejabat dalam bidang keamanan untuk peningkatan keamanan sekolah seperti penyuluhan tentang narkoba dan miras
5)      Para profesional, pejabat dan pengusaha lainnya yang juga akan dengan sukarela membantu sekolah demi kepentingan anak-anaknya.
6)      Para pemuka agama untuk peningkatan imtaq (iman dan taqwa).
2.      Hubungan sekolah dengan alumni
Dari para alumni, sekolah memeperoleh masukan tentng kekurangan sekolah yang perlu dibenahi, upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk perbaikan.
3.      Hubungan sekolah dengan dunia usaha atau dunia kerja
Biasanya ini merupakan bidang garapan guru bimbingan dan konseling. Pelaksanaannya:
1)      Mengundang tokoh yang berhasil untuk datang ke sekolah
2)      Mengirim para anak didik ke dunia usaha atau dunia kerja
4.      Hubungan dengan instansi lain
1.      Hubungan dengan sekolah lain, dapat juga dibina melalui MGMP, MKS, MGP, K3S, K3M (Kelompok Kerja Kepala Madrasah)
2.      Hubungan dengan lembaga atau badan-badan pemerintahan swasta, contohnya kerjasama dengan bank dalam rangka penggalangan dana “gemar menabung” pelajar.
F. PERANAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT
1)      Media langsung
Yang tergolong media langsung adalah:
a.       Rapat-rapat formal yang diadakan sekolah dengan mengundang orang tua siswa dan tokoh-tokoh masyarakat.
b.      Pekan pendidikan
c.       Hari ulang tahun sekolah
d.      Karya wisata
e.       Kunjungan rumah (home visit) untuk mengetahui lebih jauh tentang situasi rumah anak didik tertentu.
2)      Media tidak langsung
Yang dimaksud dengan media tidak langsung disini adalah media tanpa tatap muka. Sekolah mengadakan hubungan dengan masyarakat melalui:
a.       Media cetak berupa: bulletin atau majalah sekolah, koran, brosur, leaflet atau booklet.
b.      Media elektronika: telepon, siaran radio dan televisi, vidio kaset, slide dan komputer.
G. POLA PELAKSANAAN HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT
1.      Perencanaan
a.       Identifikasi masalah
b.      Perumusan masalah
c.       Perumusan tujuan
d.      Analisis dan seleksi alternatif pemecahan masalah
e.       Identifikasi sumber penunjang atau hambatan, untuk perumusan masalah, perumusan tujuan dan analisis seleksi alternatif pemecahan masalah.
f.       Penyususnan program
g.      Menyusun jadwal pertemuan dan kegiatan tahun pelajaran.
2.      Pelakanaan
a.       Menyampaikan rencana di atas kepada orang tua siswa melalui rapat berturut-turut, pengurus BP3, perwakilan orang tua siswa tiap kelas maupun dalam rapat pleno waktunya akhir Juli sampai dengan awal Agustus.
b.      Mengundag para alumni melalui pengurusnya untuk hal yang sama. Jika belum ada pengurusnya, disahakan membentuknya. Waktunya juga Agustus.
c.       Mengumpulkan orang tua siswa tertentu tadi dan beberapa tokoh masyarakat juga untuk maksud yang sama.
3.      Pengorganisasian
a.       Mengukuhkan atau memilih pengurus baru BP3, alumni dan panitia (sesuai tuntutan)
b.      Menjelaskan uraian tugas dan kerangka organisasi sehingga jelas siapa menangani apa bertanggung jawab kepada siapa. Kaitan tugas dan wewenangnya bagaimana dan sebagainya.
c.       Menyusun program kegiatan
4.      Laporan atau awal tahun pelajaan
a.       Setiap semester dibuat laporan terinci dan disampaikan kepada anggota
b.      Laporan atau awal tahun pelajaran
Melalui pengawasan dan laporan ini akan dapat diukur pelaksanaan atau (implementasi) program tadi. Kriteria keberhasilan seperti: jumlah yang diterima pada sekolah yang disenangi atau unggulan meningkat, kerjasama dengan orang tua bertambah baik dapat dipakai sebagai pengukur keberhasilan. Kemudia hasil tersebut digunakan sebagai feedback untuk menyusun program berikutnya.